Follow me on Twitter RSS FEED
07
undefined

MADURA ON INDUSTRY

Posted in By Unknown 3 komentar




1.      Batik tulis “Melati” Pekandangan Barat MADURA
Perusahaan batik pertama kali berdiri pada tahun 1977 M, yang mana didirikan oleh Bpk Achmad Zaini.Perusahaan ini dulu atau lebih tepatnya  merupakan warisan turun-temurun. Sebenarnya tujuan membatik pada zaman belanda ialah merupakan salah satu cara untuk mengisi waktu kosong para istri raja agar tidak keluar rumah dan melakukan hal-hal yang dapat merendahkan kehormatan kerajaan.
Pada awal perintisannya Bpk. Ahmad Zaini mengadakan pelatihan terhadap masyarakat sekitar yang berkeinginan untuk mempelajari ilmu membatik. Selain itu beliau juga mengikuti pameran-pameran batik yang ada di daerah Sumenep, Jakarta bahkan hingga ke MancaNegara. Berkat usaha-usaha tersebut maju pesatlah industry “batik tulis” yang dimilik Bpk. Zaini

2.      Usaha Kripik Singkong MURIS” Saronggi MADURA
Usaha keripik singkong MURIS bermula dari datangnya dua orang yang dianggap Malaikat  penolong disiang hari yang mana ketika itu dua orang tersebut datang hanya untuk bertamu. Istri pak Rohawi menyuguhkan camilan keripik singkong yang pada masa itu masih dibuat ala kadarnya dan tanpa ad aide untuk membuat bisnis. Keripik singkong yang disuguhkan istri pak Rohawi tersebut ternyata disukai oleh kedua tamu tadi dan meminta untuk dibuatkan lebih banyak lagi. Singkat sejarah, berawal dari kedua tamu tadi lambat laun keripik singkong pak Rohawi pun mulai menampakkan ke-eksistensiannya dan sejak saat itu terjadilah produksi awal usaha kripik singkong ini.
Seiring waktu akhirnya keripik singkong pak Rohawi berkembang pesat dikalangan masyarakat sekitar dan juga masyarakat luar daerah tanpa pak Rohawi harus melakukan pemasaran, dalam kata lain konsumen yang datang sendiri memesan kerumah Bpk. H. Rohawi. MURIS sendiri adalah singkatan dari kata Murah Rizqi, merupakan salah satu perusahaan yang bergelut dibidang industri kripik singkong. Perusahaan ini berdiri  pada tahun 1998 oleh Bpk. H. Rohawi bersama istrinya.

-PerjalananQ Pulau_Garam  21/12/2010-
07
undefined

Rambut Sebagai Representasi Kecantikan Diri Pada Wanita

Posted in By Unknown 0 komentar



Dunia wanita tidak akan pernah luput dari satu hal penting yaitu Fashion. Fashion inilah yang kemudian menjadi satu hal terpenting yang selalu diperhatikan para wanita untuk dapat menunjukkan kecantikan, keanggunan, dan kesempurnaan pada dunia diluar dirinya. Sejarahnya, tidak ada wanita yang benar-benar tidak peduli terhadap apa-apa yang terjadi pada dirinya dalam kata lain secuek atau setomboy apapun seorang wanita dia tidak akan luput dari perhatiannya terhadap apa-apa yang terjadi pada dirinya.  Hal sekecil apapun yang menyangkut dirinya pasti akan selalu diutamakan tidak terkecuali pada hal seperti “rambut”. Mengingat rambut selalu menduduki posisi penting dalam tubuh manusia yang karena fungsinya secara umum sebagai pelindung kepala, penghangat, pertanda sosial pada beberapa bangsa namun, pada wanita tenyata rambut mempunyai status istimewa yaitu sebagai representasi dari kecantikan diri seorang wanita.
          Seorang informan saya Mayfa (18) mengatakan “cewek iku pasti lebih cantik, lebih anggun lek rambut-e panjang, lurus, dan hitam (gak bergelombang)”. Namun, ada juga informan saya yang berpendapat lain Raissa (18) “kalau urusan cantik dinilai dari rambut sih relative tergantung wajah kali yaah..ada cewek rambut pendek tapi tetap cantik ada juga yang rambut panjang tapi keliatannya biasa aja soalnya kurang cocok sama wajahnya jadi, harus disesuaikan juga sih antara rambut sama bentuk wajah biar makin klop”. Terakhir informan saya yang terkenal tomboy Shella (19) mempunyai model rambut berbasis cowok dengan semir coklat muda menjadikannya terkesan seperti orang bule mengatakan “urusan cantik lek dari rambut yoo…yang penting diri sendiri puas dengan gaya rambut-e”.
              Dari hasil wawancara diatas, penulis berpendapat bahwa seiring dengan pergeseran zaman dimana saat ini kita berada dalam suatu era yang disebut dengan era Post-Modernisme menjadikan satu per-satu fungsi alami rambut mulai tergeser dari fungsi utamanya sebagai pelindung bagi kepala menjadi fungsi rambut sebagai penunjang penampilan/representasi kecantikan . Rambut merupakan komponen terpenting dalam hal fashion bagi seorang wanita, maka tidak jarang pada sebagian besar wanita akan berbuat apa saja agar rambutnya terlihat cantik, indah dan menawan. Seperti mengubah rambut lurus menjadi gelombang (pengeritingan
rambut), rambut keriting menjadi lurus (rebonding), memangkas rambut sesuai perkembangan trend, dan mewarnai rambut. Bahkan para wanita akan selalu menyempatkan diri pergi ke salon sebelum menghadiri even-event penting hanya untuk menjadikan rambutnya terlihat indah karena ia sadar betapa pentingnya rambut yang indah sebagai representasi kecantikan bagi dirinya. Dari fenomena-fenomena tersebutlah dan beberapa data yang mengacu pada beberapa informan akhirnya penulis berasumsi bahwa tata rambut wanita akan menunjukkan bagaimana kecantikan diri dari seorang wanita itu sendiri. (Ajeng_Cihuuy)
07
undefined

KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH PERTAMA PEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK UNTUK GENERASI PENERUS BANGSA YANG LEBIH MAJU

Posted in By Unknown 0 komentar



Pada awal penciptaannya manusia terlahir secara fitrah yang dapat diartikan terlahir secara suci, putih, tidak bernoda. Manusia lahir tanpa mengenal suatu apapun, termasuk tidak mengenal siapa yang melahirkannya ke alam semesta ini. Saat dia beranjak dewasa barulah dia mengenal satu per satu siapa orang tuanya, siapa keluarganya, berbagai nama buah, berbagai nama binatang dan banyak hal lainnya. Ini membuktikan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan seorang manusia semua berawal dari banyaknya pengetahuan yang dia serap dari keluarga. 
                      Secara historis, keluarga terbentuk atas satuan sosial yang terbatas, yaitu dua orang (laki-laki dan wanita) yang mengadakan ikatan tertentu yang disebut perkawinan. Secara berangsur angsur anggota keluarga semakin meluas, yaitu dengan kelahiran atau adopsi anak-anak. Pada saatnya anak-anak itupun akan melangsungkan ikatan perkawinan sehingga terbentuk keluarga baru. Menurut Burges dan Locke Keluarga adalah susunan orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi. Syarat terbentuknya keluarga adalah telah dilangsungkannya ikatan perkawinan. Dalam ikatan perkawinan ini antara suami dan istri dipersatukan dalam lembaga yang dilindungi hak dan kewajibannnya. Hasil dari ikatan perkawinan adalah lahirnya anak, mereka juga merupakan anggota keluarga yang mendapatkan perlindungan, pengakuan, serta prestise keluarga.
Begitu penting bahkan dapat dikatakan keluarga merupakan sebuah sekolah pertama yang harus mendidik putra-putri mereka dengan benar, baik secara moral maupun intelektual. Namun, yang terjadi dewasa ini keluarga bukan lagi sebagai pelindung bagi anak-anak mereka, bukan lagi sebagai contoh atau tauladan budi pekerti, dan bukan lagi sebagai pemberi hak/pemenuhan kewajiban kepada anak-anak mereka, bahkan dapat saya katakan dengan jelas disini bahwa dewasa ini keluarga bisa menjadi sebuah “malapetaka” bagi anak-anak mereka.
Dalam setiap harinya, kita dapat melihat bahwa keluarga bukan lagi sebagai pemenuh kewajiban terhadap sang anak tetapi, sang anak yang menjadi pemenuh kebutuhan keluarga. Di setiap harinya tidak jarang kita temui bahkan kita saksikan langsung di perempatan-perempatan lampu merah, di pasar-pasar atau tempat keramaian lainnya berdiri seorang anak kecil dengan usia 5-10 tahun mengadahkan tangannya dan berbekal muka belas kasih berharap kita memberi sedikit uang untuknya lalu setelah itu dia berlari menuju seorang pria/wanita dewasa di sebrang jalan untuk memberi uang tadi. Sudah menjadi hal lumrah juga, seringkali di media cetak maupun media televisi selalu saja mengabarkan adanya tindak kriminalitas yang dilakukan oleh para anak-anak ataupun para remaja dengan umur 12-20 tahun seperti kegiatan mencontek waktu ujian, perkelahian antar teman, pergaulan bebas, pemakaian obat-obatan dan juga aksi pornografi yang pada akhirnya menjadi perusak masa depan mereka.
Saat-saat seperti yang tersebut dalam berbagai contoh di atas, merupakan suatu masa dimana peran keluarga menjadi hal yang sangat penting dan harus lebih di intensifkan dalam pemberian kasih sayang dan pendidikan karakter yang optimal bagi anak-anak mereka. Keluarga menjadi sekolah pertama bagi para penerus generasi bangsa karena, berawal dari keluarga seorang anak akan tumbuh dalam suatu sikap dan kepribadian yang telah di susun rapi oleh keluarga mereka.
Dewasa ini, jika anak umur 10 tahun saja sudah dapat melakukan tindak kegiatan seksual maka semestinya yang patut disalahkan adalah keluarga terutama ayah dan ibunya. Begitupun jika para pejabat-pejabat negeri ini melakukan tindak kriminal layaknya korupsi maka, yang harus dipersalahkan adalah keluarganya karena, dengan jelas disini saya tekankan bahwa keluarga merupakan komponen pertama dalam membentuk kepribadian seseorang.
Pendidikan karakter khususnya, merupakan pendidikan utama yang harus sudah diberikan sebuah keluarga khususnya ayah dan ibu kepada anak-anak mereka sejak anak-anak tersebut berumur 3 tahun. Pendidikan karakter pada anak, membutuhkan waktu lebih lama daripada menempuh pendidikan formal di bangku sekolah. Hal ini disebabkan karena pendidikan karakter dibangun atas dasar sebuah kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang kemudian dapat diterapkan kembali dalam kehidupan si anak dan melalui proses yang alamiah tentunya.
Pendidikan karakter merupakan suatu cara dan usaha untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda bangsa kita. Seseorang di dunia ini tidak akan dapat hidup jika hanya berbekal dengan kemampuan intelektualnya saja, karena tingginya ilmu atau pengetahuan seseorang tetap tidak akan bernilai jika kemampuan intelektualnya tidak berhias dengan kecakapan moralnya dalam kehidupan sehari-hari dengan masyarakat sekitar. Banyak orang di Negeri ini yang selalu mengedepankan kemampuan intelektualnya saja, mendewa-dewakan gelar profesornya tanpa menyadari bahwa sesungguhnya dia telah meninggalkan sesuatu yang paling penting dalam dirinya, yaitu kemampuan moralnya.
Tidak ada yang lebih penting untuk dapat hidup di dunia ini, kecuali seseorang yang dapat menghiasi dirinya dengan moral yang baik dan kemampuan intelektual yang memadai. Sekali lagi keluarga menjadi sekolah pertama untuk dapat membentuk kepribadian kepada anak-anak mereka. Saya mengambil contoh pada Negara Nigeria, yang pada tahun 2000 terkenal sebagai Negara terkorup diantara 99 Negara lainnya. Sebuah fenomena yang hampir sama dengan negeri ini, dimana Nigeria memiliki sumber daya alam yang melimpah namun, rakyatnya masih banyak yang hidup dalam garis kemiskinan dikarenakan banyaknya korupsi yang terjadi di kalangan pejabat-pejabat Negara. Masyarakat Nigeria yang berada pada strata atas, hanya mengedepankan pendidikan formal saja karena menurutnya pendidikan formal yang cukup akan mengantarkan mereka untuk mendapat pekerjaan yang layak setelah lulus nanti. Hal ini membuktikan, bahwa pejabat-pejabat Negara yang duduk di kursi pemerintahan tentunya orang-orang yang memiliki kecerdasan atau kemampuan intelektual tinggi tetapi tidak memiliki moral atau budi pekerti yang juga tinggi sehingga terjadilah korupsi yang berimbas langsung kepada masyarakat Nigeria.
Jelaslah sudah, bahwa peran keluarga disini sangat menentukan bagaimana kepribadian dari seorang anak. Sebuah keluarga yang selalu menanamkan kasih sayang, sikap saling menghormati dan menghargai, dan berbagai pendidikan karakter lainnya yang cukup, didukung dengan pendidikan intelektual yang juga memadai maka sebuah keluarga tersebut telah berhasil untuk mendidik anak-anak mereka menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral dan berpendidikan tinggi. Dengan begitu, jika semua lapisan masyarakat menyadari betapa pentingnya fungsi sebuah keluarga dalam membangun karakter anak maka, sudah dapat dipastikan generas penerus bangsa ini akan menjadi sebuah generasi emas yang bermoral dan berpendidikan.
07
undefined

DESKRIPSI PANTI ASUHAN ST. THERESIA MALANG

Posted in By Unknown 0 komentar


“Nasib bangsa ditentukan oleh para anak mudanya” kiranya semboyan itu selalu menyadarkan dan mengingatkan kita betapa penting status anak bagi masa depan suatu bangsa. Tidak ada satu anak pun yang tidak menginginkan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidupnya, apalagi kesejahteraan dan kebahagiaan itu didapatinya dalam suatu komponen keluarga yang utuh terutama dengan adanya orangtua. Namun, kenyataan yang terjadi khususnya di Kota Malang masih banyak kita jumpai anak-anak terlantar yang karena keadaan tersebut menyebabkan dia tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain belum matang jasmani dan rohaninya mereka juga mengalami nasib yang kurang beruntung. Keadaan ini juga dapat disebabkan karena salah satu orang tuanya bekerja sepanjang hari sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.

Panti asuhan yang pada akhirnya berdiri menjadi salah satu alternatif utama dalam menangani masalah sosial anak-anak terlantar tersebut. Sebuah panti asuhan yang tersistem sedimikian rupa dalam mengasuh dan membina anak-anak, berperan sebagai pengganti orang tua dan berusaha memberikan pelayanan yang sedemikian rupa baik dalam segi penyediaan fasilitas, jasmani, rohani, moral, maupun intelektual sehingga anak-anak tersebut merasa terjamin hidupnya.

Panti Asuhan ST. Theresia yang merupakan salah salah satu Panti Asuhan terletak di Jln. Jaksa Agung Sucipto Kecamatan Klojen Kota Malang ini juga bertujuan untuk membantu anak-anak terlantar melalui bimbingan, pembinaan dan asuhan panti. Bangunan kuno era-Belanda adalah arsitektur yang sangat mendominasi bangunan di Panti Asuhan ST. Theresia terlihat dari gaya atap dan jendela serta beberapa ruangan yang benar-benar membuktikan bahwa umur Panti Asuhan ST. Theresia sudah cukup tua yaitu sudah berumur 65 tahun dimulai sejak tahun 1948. Panti Asuhan yang terlihat kecil dari luar ini ternyata memiliki ruangan yang cukup luas pada bagian dalamnya seperti: ruang tidur anak-anak, ruang tidur para suster,  ruang do’a, ruang makan, ruang perpusakaan, dapur, MCK, ruang belajar, dan lain-lain. Panti Asuhan ini sangat teduh karena dikelilingi banyak pohon besar di halaman depan panti seperti pohon Mangga, Alpukat, Jeruk dan beberapa bunga seperti bunga Anggrek dan Matahari. Di halaman depan panti juga terdapat taman kecil dengan tiga ayunan dan lapangan dengan ukuran tidak seberapa besar dan dua ring basket lapangan ini kemudian digunakan anak panti untuk bermain bulutangkis ataupun basket.

Anak asuh yang berada di Panti Asuhan ST. Theresia ini datang dari berbagai latar belakang seperti: yatim, yatim-piatu, anak kiriman dari beberapa daerah Sidoarjo, Blitar, Jawa Tengah dan dari luar pulau seperti Flores terdapat juga anak-anak terlantar (orang tuanya sibuk bekerja) dan anak-anak yang sengaja dikirim ke Panti Asuhan karena sifatnya yang nakal. Jumlah anak asuh di Panti Asuhan ini tidak terlalu banyak yaitu hanya 21 orang dan semuanya perempuan. Anak-anak asuh ini tergolong dari 9 orang anak SD, 8 orang anak SMP, dan 4 orang anak SMA. Tidak sepenuhnya anak-anak asuh di Panti Asuhan ST. Theresia adalah anak-anak yang berstatus yatim-piatu. Anak-anak yang benar-benar yatim-piatu  adalah 7 orang, anak-anak  piatu 4 orang dan sisanya anak-anak yang masih mempunyai orang tua dan anak-anak kiriman luar daerah dan luar pulau.

Jumlah suster yang terdapat di Panti Asuhan pun hanya 4 orang terdiri dari 1 orang suster sebagai pemimpin yaitu suster Immakulata (Banyuwangi) dan 3 suster lainnya sebagai Pembina. Ada juga 3 orang juru masak tetap di Panti Asuhan ini yang setiap harinya datang pukul 07.00-15.00 WIB. Suster-suster yang ada di  Panti Asuhan ST. Theresia ini ternyata tidak bersifat paten dalam mengemban tugasnya mengasuh anak, mereka harus selalu siap dipindahtugaskan ketempat lain saat menerima perintah dari atasan yang disebut dengan sistem rolling. Umumnya mereka akan di rolling ke Flores atau Panti Jompo Lawang atau Joyogiri atau bahkan kemanapun mereka dibutuhkan untuk mengabdikan dirinya.

Panti Asuhan ST. Theresia dapat dikatakan sebagai suatu lembaga kesejahteraan sosial yang menjadikan dirinya sebagai keluarga pengganti sekaligus tempat tinggal bagi anak-anak asuh. Hal ini kemudian terlihat dari penjelasan suster Immakulata yang mengatakan bahwa tujuan awal dibangunnya Panti Asuhan ini yaitu untuk membantu dan membahagiakan orang lain maka dari itu Panti Asuhan ST. Theresia tidak “mencari” anak tetapi “menerima” anak. Untuk dapat menjadi seorang anak asuh di Panti Asuhan ST.Theresia harus melewati beberapa prosedur, diantaranya:

1.      Suster-suster akan melakukan survey rumah untuk membuktikan bahwa anak tersebut layak/tidak untuk menjadi anak asuh.
2.      Selama berstatus sebagai anak panti WAJIB mematuhi segala peraturan panti termasuk tidak membawa HP dan uang.
3.      Datang bersama wali sebagai bentuk pertanggungjawaban keluarga jika terjadi sesuatu pada si anak.
4.      Menceritakan bagaimana pribadi anak agar suster-suster dapat memperlakukan anak tersebut dengan baik

Dalam melakukan pelayanannya Panti Asuhan ST. Theresia yang berada dalam naungan ORDO (organisasi) Misericordia (Bahasa latin: berbelas kasih) mempunyai kantor yayasan pusat yang terletak di Jln. Nusa Kambangan Malang. Mereka juga memiliki banyak rumah karya seperti: Rumah Sakit, AKPER, Panti Asuhan, Panti Jompo dan lain-lain. Jika ada anak-anak panti yang sakit mereka akan langsung dibawa ke Rumah Sakit yang berada di Jalan Nusa Kambangan karena merupakan rumah karya mereka sendiri. Sumber dana yang mengalir di Panti Asuhan ST. Theresia ini selain berasal dari yayasan pusat dana juga mengalir dari para orang tua asuh dan alumni-alumni yang masih menjalin hubungan baik dengan panti.  Setiap 5 tahun sekali akan ada pertemuan besar antara orang tua asuh, para suster, yayasan pusat dan juga para alumni hal ini dimaksudkan untuk mempererat jalinan persaudaraan.

Panti Asuhan ST. Theresia selalu berusaha memberikan pelayanan kesejahteraan sosial yang terbaik bagi anak asuhnya dimaksudkan agar anak asuhnya dapat tumbuh manjadi anak yang baik, penuh cinta kasih, dan mandiri. Pelayanan itu seperti:
1.      Pengasuhan anak 24 jam non-stop yang setiap harinya akan selalu terkontrol oleh 3 suster pembina. Seluruh kegiatan anak panti akan secara otomatis terpantau oleh para suster mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur
2.       Pendidikan formal
3.      Kegiatan olahraga dan kerja bakti untuk meningkatkan rasa solidaritas
4.      Teguran dan hukuman bagi yang melanggar aturan terbukti jika ada yang mendapat nilai jelek saat ujian si anak akan lebih di intensifkan belajar dan tidak boleh keluar pada minggu ke-3 serta tidak boleh menonton televisi

Kegiatan kerohanian anak-anak Panti Asuhan ST. Theresia terjadi saat pagi jam 04.30 WIB dan juga jam 18.00 WIB kemudian di hari Minggu mereka rutin ke gereja. Anak-anak Panti Asuhan ST. Theresia mempunyai jadwal satu kali dalam seminggu yaitu pada hari Sabtu untuk menonton televisi dan mereka diperbolehkan untuk jalan-jalan keluar panti sesuka hati pada minggu ke-3 setiap bulan. Hampir tidak ada waktu luang saat hari-hari sekolah yaitu Senin-Sabtu karena pagi-siang hari mereka berangkat sekolah, siang-sore hari beristirahat dan bersantai, malam hari waktu belajar untuk kemudian mereka tidur maksimal pukul 21.00 untuk anak SD dan pukul 22.00 untuk anak SMP dan SMA.

Design by: WPYAG
Blogger Template by Anshul | Funny Pictures.